ANALISI MAKNA PUISI PEMINTA - MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR
KEPADA PEMINTA-MINTA
Karya: Chairil Anwar
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengeerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau dating
Sembarang kau merebah.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Berikut makna puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Pada bait ini terdapat pernyataan bahwasanya penyair akan
memohon ampunan kepada Tuhan atas segala dosa. Penyair menyadari bahwa sikapnya
terhadap peminta-minta (pengemis) adalah salah, dan bukanlah sikap yang
diridhoi Tuhan karena Tuhan memerintahkan manusia untuk membantu dan menolong sesama
manusia.
Namun, penyair tidak
menyukai cara pengemis yang terkesan memaksa. Ia merasa risih dengan
cara yang digunakan pengemis untuk mendapatkan belas kasihan dari orang lain. Cara
yang digunakan pengemis tidak membuat penyair menjadi iba, melainkan membuatnya
semakin tidak suka dan bersikap dingin pada si pengemis.
Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari luka
Sambil berjalan kau usap juga.
Penyair tidak ingin mendengar cerita pengemis tentang
hidupnya (hidup pengemis). Tanpa pengemis bercerita pun, penyair telah dapat
mengetahui apa yang akan disampaikan oleh si pengemis. Semua telah terlihat
dari cara dan raut wajah si pengemis yang senantiasa menunjukkan raut wajah
susah, berharap rasa iba dan belas kasihan dari orang lain.
Nanah meleleh dari luka, sambil berjalan kau usap juga. Ini gambaran
yang menunjukkan betapa buruknya sikap si pengemis. Dia menunjukkan keadaan
dirinya yang terlihat susah, kumuh/ kumal sehingga membuat simpati banyak
orang. Setiap keringat yang meleleh, yang selalu ia usap seakan menunjukkan
beratnya perjuangan hidup yang ia alami.
Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.
Pengemis di setiap langkahnya, ia bersuara meminta-minta. Ketika
berhadapan dengan seseorang, ia selalu meraung, merintih, seakan derita
hidupnya begitu pedih. Tak jarang ia menangis memohon bantuan orang lain. Ketika merasa letih, Ia pun merebahkan dirinya
di sembarang tempat. Bahkan, tidur pun ia di sembarang tempat.
Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.
Walaupun penyair tidak menyukai pengemis, namun ia tak bisa
memungkiri bahwa ia selalu teringat/ terpikir akan si pengemis. Beratnya kehidupan
yang dijalani si pengemis, membuat si penyair seakan terhempas di bumi yang
keras. Di sini penyair menyadari bahwa kehidupan itu keras, apalagi bagi si
pengemis. Jika ia tidak meringankan tangannya untuk membantu si pengemis, ada
perasaan bersalah dalam dirinya. Kehidupan yang dirasakan di pengemis memang
sangat berat, dan penyair memang layak untuk memberikan bantuannya kepada si
pengemis.
Akan tetapi, penyair tidak memberikan bantuaannya begitu
saja. Ia juga memberikan nasehatnya kepada si pengemis agar pengemis bekerja
untuk mendapatkan uang, jadi tidak hidup hanya dengan meminta-minta. Mungkin saja
bagi pengemis, kata-katanya terkadang terdengar kasar, namun semua itu adalah untuk
kebaikan pengemis itu sendiri.
‘Mengaum di telingaku,’ bagi penyair, kata-kata si pengemis
selalu terngiang di telinganya. Di satu sisi kata-kata itu membuat ia merasa
iba, di sisi lain kata-kata si pengemis membuat si penyair merasa jemu, dan seakan
memekak di telinganya.
Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dari segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Dia akhir bait puisi, penyair mengulang Kembali apa yang
telah disampaikannya di awal puisi. Ia menegaskan Kembali bahwasanya ia
mengakui telah berdosa dengan bersikap dingin kepada si pengemis. Dan ia akan
memohon ampun kepada Tuhan atas segala sikapnya/ kelakuannya yang penuh dengan
dosa. Di sini ia menegaskan kepada pengemis agar tidak menatapnya, serta
meminta padanya dengan cara memaksa karena jika si pengemis melakukan itu, yang
timbul dihatinya bukanlah rasa iba, melainkan rasa kesal yang hanya akan
menimbulkan sikap cuek atau acuh tak acuh.
Posting Komentar untuk "ANALISI MAKNA PUISI PEMINTA - MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR"