Analisis Makna Puisi Aku Karya Chairil Anwar
Indonesia sendiri memiliki
banyak penyair besar yang telah menghasilkan karya-karya puisi yang fenomenal,
seperti Chairil Anwar, WS Rendra, Taufik Ismail, Sapardi Joko Damono, Joko
Pinurbo dan lain sebagainya. Beberapa sastrawan tersebut memiliki gaya
bahasanya masing-masing saat menulis dan membaca puisi. Terkadang, banyak orang
yang kurang memahami tentang bahasa puisi. Oleh karena itu, disini saya mencoba untuk
menganalisis atau memaknai puisi “ AKU Karya Chairil Anwar”
I.
Puisi
AKU
Karya: Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi II.
Makna
Puisi
Dari rangkaian kata
puisi diatas, Berikut makna puisi Aku karya Chairil Anwar yang dapat saya
sampaikan.
Puisi
ini bercerita tentang perjuangan. Kalau
sampai waktuku, ku mau tak seorang kan merayu, tidak juga kau. Di sini si aku
menyampaikan kalau sampai waktunya telah tiba yang bisa diartikan sebagai waktu
untuk ia berjuang. Dia tidak mau ada seorang pun yang akan menghalangi niatnya
untuk berjuang, sekalipun itu adalah seseorang yang dia kasihi. "Tak perlu
sedu sedan itu," ketika ia pergi berjuang, si aku tidak ingin ada yang
bersedih. Dia ingin mereka mengikhlaskannya untuk berjuang
Aku
ini binatang jalang, dari kumpulannya terbuang. Larik puisi ini mengibaratkan
dirinya seperti binatang jalang. Binatang jalang disini adalah sosok yang
keras, yang tidak mudah untuk dikekang. “Dari kumpulannya terbuang,” adalah
pemikiran si aku yang mengganggap dirinya bagaikan seseorang yang tidak
dianggap atau terbuang.
Biar
peluru menembus kulitku, aku tetap meradang menerjang. Ini adalah bentuk
semangat perjuangan yang ia miliki. Di sini, meskipun ketika dalam perjuangan
terluka, peluru menembus kulit, namun dia tidak akan berhenti berjuang,
semangatnya akan tetap membara.
Luka
dan bisa kubawa berlari, berlari, hingga hilang pedih peri. Ketika dia terluka,
hal itu tidak dihiraukannya, tidak dirasakannya. Dengan semangat perjuangan
yang membara, rasa sakit, pedih, dan perih
itu pun seolah lenyap.
Dan
aku akan lebih tidak perduli, aku mau hidup seribu tahun lagi. Pada akhir larik
puisi ini, dapat diartikan bahwa si penyair tidak perduli dengan pandangan
orang tentang dirinya. Akan tetapi, berkat perjuangannya, kelak ia akan tetap
dikenang hingga seribu tahun lamanya.
Nah,
pada puisi ini dapat kita pahami bahwa perjuangan yang dilakukan Chairil Anwar
adalah dengan karyanya. Puisi Chairil Anwar adalah karya yang membangkitkan
semangat perjuangan, sehingga puisinya dicekal oleh Jepang karena dianggap
membahayakan. Namun, Chairil Anwar tidak pernah berhenti berjuang. Ia terus
berjuang dengan karya-karyanya. Semakin dikekang, semakin bergelora semangatnya
untuk menghasilkan karya-karya yang membangkitkan semangat perjuangan.
Sekian
analisis saya untuk puisi Aku karya Chairil Anwar. Jika ada masukkan, kritik
atau saran, silahkan tulis di kolom komentar. Semoga untuk kedepannya, saya
bisa lebih memberikan yang terbaik. Terima kasih...!
hingga hilang pedih. Peri
BalasHapusBukan perih
Terima kasih saudaraku🙏
HapusTemanya apa banh
BalasHapusPerjuangan
Hapusaku
BalasHapusbagaiamana cara kita bisa menganalisis puisi secepat mungkin, pasalnya terminologi dalam puisi banyak yang sulit dijangkau oleh nalar
BalasHapusMemang tidak mudah untuk menganalisis sebuah puisi, apalagi itu karya penyair seperti Chairil Anwar. Disini yang saya lakukan hanya mencoba memaknai setiap kata yang digunakan penyair. Namun, yang tahu pasti makna puisi itu hanyalah penyair itu sendiri.
BalasHapus